Merdeka.com – Gubernur Bank Indonesia (BI) sekaligus Ketua Umum Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) Perry Warjiyo menyatakan, DKI Jakarta masih menyandang status sebagai pusat ekonomi dan keuangan Indonesia. Mengingat, kontribusinya yang signifikan dalam berbagai sektor.
“Di sektor keuangan, DKI Jakarta memegang peranan penting. Outstanding kredit di DKI Jakarta mencapai 29 persen dari kredit nasional dan simpanan masyarakat di DKI Jakarta mencapai 49 persen dari total simpanan nasional,” contohnya dalam webinar bertajuk Outlook Perekonomian Jakarta 2022, Jakarta, Jumat (24/12).
Selain itu, DKI Jakarta juga merupakan penyumbang transaksi non tunai terbesar. Yakni mencapai 40 persen dari total transaksi senilai Rp7.361 triliun.
Tak cukup disitu, DKI Jakarta juga menjadi epicentrhm bagi industri manufaktur nasional. Menyusul, banyaknya industri yang terletak di sejumlah wilayah Jakarta maupun daerah penyangga di sekitarnya.
“Kemudian dalam ekonomi riil, peran Jakarta tercermin pada signifikannya konsumsi rumah tangga dalam memengaruhi output wilayah lain. Misalnya di Pulau Jawa sebesar 21 persen.
“Lalu, Balinusra 7 persen, Kalimantan 6 persen, Sumatera 5 persen, dan Sulampua 4 persen,” tambahnya mengakhiri.
pengamat ekonomi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Latif Adam, Jakarta sebagai ibukota Indonesia memiliki kontribusi yang besar bagi perekonomian nasional. Perekonomian Jakarta yang besar banyak didominasi sektor pelayanan jasa. Kuat dan besarnya perekonomian Jakarta, tidak terlepas dari sektor infrastruktur Jakarta yang cukup mumpuni.
Tidak heran jika Jakarta menjadi pilihan kantor cabang Multi National Coorporation (MNC). Selain itu Jakarta memiliki pelabuhan laut sebagai jalur perdagangan internasional dan pusat bisnis berada disini.
“Terutama sektor jasa tidak ada yang bisa mengalahkan Jakarta dengan fasilitas, kedekatan administrasi, dan keterhubungan terhadap pusat perekonomian dunia,” ujar Latif saat dihubungi merdeka.com di Jakarta, Rabu (11/7) malam.
Perekonomian Jakarta semakin kuat seiring menguatnya perekonomian nasional setelah pulih dari hantaman krisis keuangan pada 1997-1998. Dalam lima tahun terakhir, tingkat pertumbuhan ekonomi Jakarta mengalami peningkatan cukup signifikan. Ekonomi Jakarta pada 2007 tumbuh 6,4 persen dan meningkat hingga menyentuh 6,7 persen atau di atas rata-rata pertumbuhan ekonomi nasional pada tahun 2011.
Dilihat dari produk domestik regional bruto (PDRB), Jakarta menyumbang sekitar 15-17 persen dari PDB Indonesia. Kondisi ini menjadikan Jakarta sebagai penyumbang terbesar PDB Indonesia, jauh di atas peran provinsi lain. Ditelisik lebih dalam, Jakarta Pusat merupakan daerah dengan PDRB terbesar di DKI Jakarta dengan pangsa hampir 26 persen dari ekonomi Jakarta.
Kekuatan ekonomi Jakarta ditopang oleh sektor konsumsi baik konsumsi masyarakat maupun pemerintah. Tingginya tingkat konsumsi masyarakat di ibukota membuat sektor ini memiliki peran 60 persen dalam pertumbuhan ekonomi Jakarta. Di sisi lainnya, ekonomi Jakarta juga didominasi oleh sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan dan perdagangan hotel dan restoran serta industri pengolahan.
Besarnya kekuatan ekonomi Jakarta menjadikan daerah ini sebagai magnet bagi investor untuk menanamkan modalnya dan berinvestasi. Setidaknya, nilai investasi asing yang mengalir ke Jakarta pada tahun lalu mencapai USD 4,82 miliar. Sedangkan untuk investasi dalam negeri, tercatat mampu mencapai Rp 9,26 triliun.
Semakin baiknya perekonomian di ibukota, menempatkan Jakarta di peringkat 17 dari 200 kota metropolitan dengan kinerja ekonomi terbaik di dunia berdasarkan laporan Global Metro Monitor 2011.
Besarnya kekuatan ekonomi Jakarta juga tercermin dari pendapatan warga Jakarta atau pendapatan per kapita yang melebihi rata-rata nasional. Pendapatan per kapita nasional yang mencapai kisaran Rp 24,3 juta per kapita jauh lebih rendah dibandingkan pendapatan penduduk Jakarta Pusat yang mencapai Rp 222,6 juta per kapita.
Di tengah catatan manis dan kencangnya laju pertumbuhan ekonomi Jakarta, Latif mengingatkan bahwa Jakarta juga memiliki segudang persoalan yang belum menemukan solusi, terutama terkait kesejahteraan penduduknya. Masalah kemacetan, kemiskinan dan banjir masih menghantui warga Jakarta setiap tahunnya.
Latif menitikberatkan dan fokus pada persoalan kemiskinan yang harus menjadi catatan tersendiri bagi calon pemimpin Jakarta. Sebab, kata dia, saat ini tren pengentasan kemiskinan Jakarta berjalan lambat. Di saat yang sama lapangan pekerjaan di Jakarta terus tergerus dengan banyaknya penduduk pendatang baru.
“Perlu pemikiran inovatif dengan pemerintah daerah (pemda) lain bagaimana pemda DKI membatasi penduduk daerah menjadi predator lapangan pekerjaan di Jakarta,” tuturnya.
Masalah lapangan pekerjaan ini, tambahnya, menjadi penting untuk mengurangi disparitas kesejahteraan penduduk yang tinggi. “Bagaimana membuat Jakarta tidak hanya ramah bisnis tapi juga manusianya,” imbuhnya.
[bim]
Baca juga:
Anies: Laporkan Tempat yang Tak Pasang Pedulilindungi Biar Kita Sanksi
Wagub DKI Harap Tidak Ada Banjir Rob Saat Formula E Digelar di Kawasan Ancol
Formula E Digelar di Ancol, Kapasitas Penonton 40.000-60.000 Orang
Viral Video Keributan di Kantor Jasa Ekspedisi di Duren Sawit, Ini Penjelasan Polisi
Ancol Resmi Jadi Lokasi Penyelenggaraan Formula E di Jakarta
Progres Pembangunan Jakarta International Stadium Capai 90,88 Persen
Sambut Natal, Pemprov DKI Gelar 'Christmas in Jakarta'
Advertisement
Ingatlah untuk menjaga komentar tetap hormat dan mengikuti pedoman komunitas kami
Mensos Hapus Ditjen Penanganan Fakir Miskin
Mengenal Cryptocurrency, Modus Baru Danai Terorisme
Memahami Transmisi Lokal Covid-19 Serta Bahayanya
Begini Skema dan Cara Bayar Tol Tanpa Sentuh
Advertisement
Advertisement
Perlu Strategi Matang Memutus Mata Rantai Balap Liar
Memahami Gempa M 7,4 di NTT yang Picu 97 Kali Guncangan
Bentrok di Desa Tamilouw yang Tak Perlu Terjadi