Ramai di media sosial terkait temuan rel trem Batavia di proyek pembangunan MRT Jakarta fase 2 Glodok-Kota.
Memang dulunya jalur tersebut adalah perlintasan trem Batavia yang biasa digunakan oleh masyarakat untuk bekerja.
Arkeolog Senior Candrian Attahiyat menyebutkan memang dulunya jalur trem itu tidak dibongkar melainkan hanya ditutup dan dilapisi aspal. Hal ini karena pembongkaran pada saat itu diperkirakan sangat mahal.
Sehingga satu-satunya cara yang murah dan cepat adalah menutup. “Makanya dulu ditutup saja dan dilapisi agar lebih efektif,” kata dia saat dihubungi detikcom, Sabtu (25/12/2021).
Trem dulunya memang digunakan sebagai salah satu moda transportasi warga. Biasanya digunakan untuk orang-orang yang bekerja di perkotaan karena trem ini bisa mengangkut banyak orang sekaligus.
Dikutip dari laman resmi aslog-ppd.com disebutkan pada 1920 Batavia Elektrishce Tram Maatschppij (Maskapai Tram Listrik Kota Batavia) yang merupakan embrio perum PPD.
Kemudian pada 1930 berubah nama menjadi Bataviache Verkeers Maatchppiji (BCMNV). Selain trem juga mengoperasikan bus.
Pada 1942 – 1947 mulai berubah nama menjadi Djakarta Shinden Jakarta Tram dan mengoperasikan Tram, seluruh armada bus dipakai oleh Jepang untuk berperang. Kemudian pada 1947 kembali menjadi BVMNV.
Pada 1954 pemerintah Indonesia menasionalisasi BVMNV menjadi PT Perusahaan Pengangkutan Djakarta Sebagai tindak lanjut nasionalisasi tersebut, dengan akta notaris Mr. Raden Suwandi No. 76 tanggal 30 Juni 1954 dan No.82 tanggal 21 Desember 1954. Kemudian pada 1961 menjadi PN PPD, pada 1984 menjadi Perum PPD.