Generasi Emas Indonesia Bergantung Pada Kesehatan Ibu dan Anak – Nasional Tempo.co

atau cari berdasarkan hari
Webinar yang diadakan BKKBN, bertemakan Perencanaan Kehamilan dan Keluarga Berkualitas untuk Pemenuhan Hak Ibu dan Anak menuju Generasi Emas Indonesia Maju.
INFO NASIONAL-Data lengkap dan memadai yang mewajibkan pemeriksaan status gizi setiap pasangan pengantinyang akan menikah perlu terus dilakukan. Sehingga, setiap keluarga dikawal kesehatan dan perkembangannya termasuk pasangan yang baru menikah, ibu hamil hingga bayi dan anak agar menghasilkan keluarga sehat dan berkualitas.
 “Aplikasi yang dikembangkan BKKBN berupa aplikasi Elektronik Siap Nikah dan Hamil (Elsimil). Juga pencegahan stunting, kematian ibu dan bayi juga merawat dan menyiapkan kehamilan dan 1000 hari pertama kehidupan bayi dan anak adalah langkah untuk menciptakan sumber daya manusia yang unggul dan berkualitas,” ujar Kepala BKKBN (Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional) HastoWardoyo, Selasa, 16 November 2021.
Hasto menjadi pembicara utama Webinar Nasional bertema “Perencanaan Kehamilan dan Keluarga Berkualitas untuk Pemenuhan Hak Ibu dan Anak Menuju Generasi Emas Indonesia Maju” . Acara ini mengundang berbagai kalangan untuk menghasilkan pandangan umum tentang kesehatan generasi bangsa sejak dini.
Menurut Dewan Pembina ARA Foundation Anda Sapardan, Indonesia tak memiliki waktu yang panjang untuk menciptakan Generasi Emas sehingga dibutuhkan sinergi semua pihak untuk mengetahui kondisi keluarga terutama ibu.
Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden Brian Sriprahastuti berpendapat Generasi Indonesia Emas harus memperhatikan tingginya kematian ibu dan bayi. “Tahun 2015 diestimasikan ada dua kematian ibu di Indonesia setiap jamnya. Dalam tiga dekade tak terjadi penurunan angka kematian ibu  yang cukup bermakna,” ujarnya.
Menurut Brian, rata-rata angka kematian ibu di dunia mencapai 305 per 100.000 kelahiran hidup.Sedangkan angka kematian ibu di Indonesia Tahun 2020 meningkat hingga 418 dibanding 2019.   Untuk menuju Generasi Indonesia Emas, pemerimtah harus menyediakan  aksesibilitas layanan kebidanan,  meningkatkan kualitas pelayanan kebidanan, dan menciptakan lingkungan bidan bekerja secara efektif.
Karena itu RPJMN 2020-2026 menargetkan terobosan dan aksi percepatan penurunan Angka Kematian Ibu untuk mencapai 183/100 ribu kelahiran hidup pada 2024 dapat tercapai dengan intervensi yang efektif dan cepat.”Hal itu dapat diwujudkan lewat investasi pada bidan sebagai bagian reformasi sistem kesehatan dari tata kelola lingkungan kerja, kualitas dosen dan praktek klinis pada institusi pendidikan. Juga investasi pada layanan keluarga berencana untuk pengendalian penduduk dan terciptanya keluarga yang berkualitas,” ujar Brian.
Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy mengatakan dukungan terhadap keluarga yang berkualitas dapat dilakukan dengan menekan berbagai kondisi negatif  seperti tingginya anemia dan morbiditas. “Sehingga pencapaian ilmudan teknologi perlu dilakukan oleh tenaga kesehatan yang potensial. Begitu pun lini di lapangan seperti keberadaan bidan dan tenaga kesehatan,sebagai tulang punggung perencanaan kehamilan dan keluarga berkualitas,” katanya.
Muhajir menyatakan lima fase penting untuk dipantau terhadap pembentukan generasi emas Indonesia. Fase pertama masa kehamilan, bayi atau anak hingga usia 5 tahun yang membutuhkan pemantauan lewat posyandu, serta sarana dan prasarana kesehatan yang holistik.
Fase kedua dan ketiga yakni pendidikan dasar dan wajib belajar hingga usia 12 tahun serta memasuki masa perguruan tinggi. Fase keempat dan kelima yakni pekerjaan dan berumah tangga serta kesehatan masyarakat.
Sinkronisasi program Keluarga Berencana harus dilakukan terintegrasi termasuk pogram pencegahan stunting, perlu dilakukan secara gotong-royong. “Tantangan yang tidak mudah sehingga memerlukan kolaborasi  dari pemerintah pusat, kepala daerah hingga tingkat desa yang menjadi kunci keberhasilan.Ini sesuai dengan RPJMN 2020-2026 untuk menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas, sehat dan cerdas serta mampu beradaptasi dan berinovasi,” ujar Muhajir.
Webinar yang digelar BKKBN ini dibuka oleh Duta Besar Inggris untuk Indonesia dan Timor Leste Owen John Jenkins dan Deputi Bidang Koordinasi Peningkatan Kesehatan Kemenko PMK, Agung Suprapto. Narasumber lainnya yakni Deputi Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi BKKBN Eni Gustina, Ketua Umum Ikatan Bidan Indonesia Emi Nurjasmi, President Elect PP POGI Yudi M Hidayat dan Advisor ARA Foundation Ari Waluyo.(*)
 
 
Di kala pelonggaran kebijakan terkait Covid-19 di sejumlah negara, angka kasus Covid-19 harian kembali meningkat. Rencana lockdown kembali diusulkan.
Tempo Media Group © 2017

source

Leave a comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *