"Covid-19 seperti Sudah Tak Ada", Bagaimana Data di Jakarta?
JAKARTA, KOMPAS.com – Jalanan di Jakarta kembali ramai dan macet. Orang-orang sudah mulai beraktivitas normal. Kegiatan ekonomi bergairah lagi.
Sebagian kalangan menjuluki keadaan saat ini “seperti sudah tidak ada Covid-19 lagi”. Namun, benarkah anggapan tersebut?
Kasus Covid-19 di DKI Jakarta memang terus melandai dan terus menunjukkan tren menurun.
Hal itu diakui oleh Wakil Gubernur DKI Jakarta Ahmad Riza Patria yang mengaku bersyukur atas tren belakangan ini.
Baca juga: Update 30 Oktober: 96 Kasus Baru Covid-19 di Jakarta
“Alhamdulillah kasus Covid-19 di DKI terus menurun, masyarakat juga semakin taat terhadap protokol kesehatan,” kata Riza melalui keterangan tertulis kepada wartawan, Senin (1/11/2021).
Dalam data yang dihimpun Kompas.com, kasus aktif/jumlah pasien Covid-19 di DKI Jakarta tersisa hanya 0,1 persen dari semua kasus konfirmasi Covid-19 yang dilaporkan.
Dapatkan informasi, inspirasi dan insight di email kamu.
Daftarkan email
Bahkan, sejak 26 Oktober 2021, jumlah kasus aktif Covid-19 di Jakarta telah di bawah 1.000 pasien. Data terbaru per hari ini menyebutkan, jumlah kasus aktif di Ibu Kota tersisa 924 pasien.
Sepekan terakhir, masih ada 80-150 pasien Covid-19 baru yang ditemukan di Jakarta. Jumlah itu terkesan banyak, tetapi terbilang sedikit jika dibandingkan dengan jumlah tes PCR di Ibu Kota yang jauh di atas target WHO, yaitu 15-16 kali lipatnya.
Sepekan terakhir, ada 166.312 orang (bukan spesimen) yang dites PCR di DKI Jakarta, meskipun WHO menargetkan hanya 10.645.
Dengan jumlah ini, DKI Jakarta juga konsisten menyumbang porsi mayoritas (35-50 persen) dalam keseluruhan tes PCR se-Indonesia setiap harinya.
Alhasil, meskipun ada 80-150 kasus baru Covid-19 setiap harinya di Jakarta, jumlah itu hanya sekitar 0,4 persen dari jumlah tes PCR yang dilakukan setiap hari.
Seandainya jumlah tes PCR di Jakarta dikurangi hingga selevel dengan target WHO 10.645 orang per pekan, berdasarkan hitungan kasar, hanya ada 5-6 kasus baru Covid-19 di Jakarta setiap harinya.
Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Siti Nadia Tarmizi mengatakan, gelombang ketiga Covid-19 pasti melanda Indonesia.
Menurut berbagai studi terkait, Nadia mengatakan, virus SARS-CoV-2 penyebab Covid-19 memiliki sifat yang bisa menimbulkan gelombang epidemi berkali-kali sehingga lonjakan infeksinya tidak cukup dengan satu gelombang.
Hal ini berkaca dari gelombang ketiga Covid-19 yang terjadi di negara dengan cakupan vaksinasi tinggi, seperti di beberapa negara Eropa salah satunya Inggris, serta Amerika Serikat.
Baca juga: Pandemi Covid-19 Jakarta Semakin Membaik…
“Gelombang ketiga itu niscaya pasti terjadi karena banyak negara yang saat ini sudah mengalami gelombang ketiga, di mana mereka memiliki cakupan vaksinasi yang tinggi, juga memiliki tingkat prokes yang sudah baik,” ungkap Nadia dalam webinar VivaTalk, Kamis dua pekan lalu.
Gelombang ketiga ini diprediksi terjadi setelah Natal 2021 dan Tahun Baru 2022. Sebab, pada peringatan tersebut, mobilitas masyarakat meningkat.
“Setiap ada peningkatan pergerakkan atau mobilitas, itu selalu terjadi peningkatan kasus Covid-19,” kata dia.
Ada hadiah voucher grab senilai total Rp 6.000.000 dan 1 unit smartphone.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar.
Kunjungi kanal-kanal Sonora.id
Motivasi
Fengshui
Tips Bisnis
Kesehatan
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.